Kisah Heroik Pertahanan Terakhir
>> Tuesday, March 1, 2016
Special Forces, dalam blog ini pada hakekatnya tidak hanya membahas mengenai pasukan khusus dengan kualifikasi khusus pula, namun juga beberapa peristiwa sejarah yang memiliki sifat special, sesuatu yang diluar kenormalan, tidak wajar, tidak seimbang, maka akan berlaku sifat khusus yang berarti special. Sejarah mencatat berbagai kisah heroik yang berlaku ketentuan special, berikut penulis akan memaparkan pertempuran special karena ketidak normalan yang terjadi yang jika menggunakan logika sederhana hal tersebut adalah tidak normal atau tidak sesuai nalar.
- CUSTER’S LAST STAND (Pertahanan Terakhir Jenderal Custer) Pertempuran disungai Little Big Horn. 25 - 26 Juni 1876. Pasukan kavaleri pimpinan Jenderal Custer yang berkekuatan diperkirakan sebanyak 600 personel, menghadapi pasukan gabungan dari berbagai suku indian dengan kekuatan sebesar kurang lebih 1.800 prajurit terlatih dengan berbagai jenis senjata, sedangkan pasukan bertahan dari Jenderal Custer memiliki kelemahan dalam hal koordinasi serangan dan taktik serta jumlah personel yang terpecah, yang menyebabkan setiap serangan nampak tidak terencana dan dengan mudah dipatahkan oleh pasukan penyerbu yang memiliki jumlah lebih besar.
Pasukan Jenderal Custer bergerak pada malam hari dan dipagi harinya tanggal 25 Juni, Kavaleri ke-7 menduduki posisi dekat dengan gunung the Wolf Mountains yang berjarak sekitar 12 mil dari perkemahan suku indian atau disebut juga dengan istilah the Native American, di sepanjang sungai the Little Bighorn River. Custer berencana untuk diam-diam bersembunyi dan menyerang pada pagi keesokan harinya, namun ia memiliki keyakinan bahwa kehadirannya sudah diketahui sehingga unsur pendadakan telah hilang. Custer segera memerintahkan untuk menyerbu perkemahan yang diperkirakan terdapat 8000 suku indian dengan total keseluruhan terdapat 1800 prajurit indian.
Custer lalu membagi pasukannya menjadi 4 resimen tempur. Custer sendiri memimpin 210 prajurit. Sedangkan grup lainnya dipimpin oleh Major Marcus Reno, yang dengan cepat terpaksa menarik mundur pasukannya begitu mengetahui kalah kekuatan oleh pasukan dari suku Cheyenne dan suku Sioux yang terkenal tangguh dan tidak mudah menyerah, pasukan Mayor Marcus Reno mengalami korban besar, ketika mereka berusaha mundur untuk kembali kepada kuda-kudanya, para prajurit indian tersebut mengejarnya dengan berkuda dan menarik kembali para tentara kavaleri tersebut dari punggung kudanya dan menembaknya dari jarak dekat. Sedangkan pasukan pimpinan jenderal Custer memasuki perkemahan dari sisi yang lain. Hal ini dengan segera diketahui oleh sebagian besar prajurit dari suku Cheyenne dan Sioux yang segera memutar kembali kuda-kudanya untuk menyerang Custer dan pasukannya yang memaksanya untuk mundur ke dataran pinggir sungai yang lebih tinggi.
Sementara itu para prajurit dari suku Oglala Sioux, dibawah komando Crazy Horse, melibas pasukan Custer dengan gerakan menerobos dan menghantamnya dengan berbagai serangan anak panah dan tembakan senapan, Custer dengan tergesa-gesa memerintahkan anak buahnya untuk menembaki kuda-kuda prajurit dari suku indian dengan harapan bangkai kuda-kuda tersebut akan membentuk dinding pertahanan, namun sayang hal tersbut membuktikan bukanlah merupakan perlindungan yang tepat, hanya dalam waktu kurang dari sejam seluruh pasukannya tumpas, termasuk Jendral Custer yang gugur bersama pasukannya. Keesokan paginya pasukan kavaleri gabungan dari Jenderal Terry dan Jenderal Gibbon tiba dilokasi dan menemukan hampir seluruh pasukan gugur dengan kondisi tubuh telanjang dan dimutilasi, namun entah kenapa jenazah Jenderal Custer masih utuh.
- PENERBANGAN TERAKHIR PEMBURU BALON DARI ARIZONA, 16 September 1918 Letnan Frank Luke Junior (1897-1918) adalah salah satu dari penerbang tempur dari Angkatan Darat Amerika pada masa Perang Dunia I, selama tiga minggu penugasannya letnan Frank Luke telah berhasil merontokan 14 balon pengamat milik Jerman dan menembak jatuh 4 pesawat tempur Jerman. Pada tahap pertama serbuan sekutu ke Meuse-Argonne di fron barat Lt. Luke terbang sendirian mengarah ke belakang garis pertahanan musuh didaerah dekat Dun-sur-Meuse sebelah tenggara Perancis, sendirian Frank Luke diburu oleh 8 pesawat tempur jerman serta menghadapi tembakan gencar artileri darat ke udara.
- Frank Luke sebelumnya berhasil meruntuhkan 3 balon udara pengamat Jerman. Secara mendadak tembakan dari senapan mesin didarat menembus dadanya ketika terbang rendah berputar dan memaksanya untuk mendaratkan pesawat SPAD XIII yang bersayap kembar dilapangan dekat Murvaux. Ketika merendahkan pesawatnya Frank berusaha untuk menghindari tembakan dari enam pesawat tempur Jerman yang mengejarnya. Meski mengalami luka serius Frank Luke berhasil lari menghambur keluar dari pesawatnya dan akhirnya terjerembab sejauh 200 yards. Pasukan Jerman berhasil menemukan dan mengepungnya, perjuangan terakhirnya Frank Luke masih sempat mencabut pistol revolvernya dan menembak beberapa tentara Jerman, namun akhirnya tewas akibat luka tembak didadanya. Aksi herois pilot muda ini adalah masih mampu melakukan perlawanan meski sendirian dengan bersenjatakan pistol. Letnan. Frank Luke adalah penerbang pertama yang memperoleh penghargaan tertinggi Medal of Honor, dan akan selalu dikenang sebagai salah satu pilot pemberani dari Amerika.
- PERTEMPURAN PASIR PANJANG 13 February 1942, perjuangan pasukan gabungan 1,400 tentara Melayu, Inggris, dan Australia melawan 13,000 bala tentara Jepang untuk mempertahankan Singapore. Pada saat yang kritis, seorang Letnan Melayu Adnan Bin Saidi memimpin 42 orang prajurit berjibaku menyerbu ribuan pasukan Jepang. Hingga akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh bala tentara Jepang. Adnan kemudian disiksa dan dieksekusi karena secara mengejutkan mampu menimbulkan korban besar dipihak Jepang. Bersambung ke ..... pertempuran jembatan Arnheim
0 comments:
Post a Comment